Mencintai Dunia dan Takut Mati

Posted by

Rasulullah bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” 
(HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud No. 3745)





Zaman terus bergulir menghampiri penghabisannya. Hadits-hadits nabi tentang datangnya akhir dari alam semesta semakin terpenuhi. Kita telah melihat bahwa ummat ini semakin mengikuti tingkah laku yahudi dan nasrani


Bukan hanya di mal-mal, bahkan di pasar-pasar tradisional, kita dapat melihat betapa ummat ini telah melangkah meninggalkan millah Islam dan terus saja mengikuti jejak yahudi dan nashara, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga ke lubang biawak pun mereka ikuti.

Perhatikan hadits Rasulullah saw dibawah ini, bagaimana lemahnya iman dan juhad Umat Islam akibat cinta dunia dan takut mati. Sehingga orientasi idiologinya pun telah bergeser dari Islam menjadi pendukung setia yahudi dan nasrani :
” Dari Abu Sa’id Al-Khudri RA : ia berkata : Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : ”Kamu akan mengikuti jejak langkah umat-umat sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jikalau mereka masuk ke lobang biawakpun kamu akan mengikuti mereka”. Sahabat bertanya, ”Ya Rasulullah ! Apakah Yahudi dan Nasrani yang Rasulullah maksudkan ? Nabi SAW menjawab : ” Siapa lagi ?” (Kalau bukan mereka) (HR.Muslim).
Umat telah banyak yang melupakan Allah. Mereka terjebak dalam kenikmatan duniawi yang sementara. Mereka berbuat semaunya seolah surga dan neraka itu tak ada. Telah banyak diantara kita yang meninggalkan shalat fardhu sebagai tanda tak rindunya kita dengan Allah. Kalau pun kita shalat, kita shalat tanpa tahu ilmunya dengan baik dan benar. Kalau pun tahu ilmunya, hati dan fikirannya belum bisa benar dalam mendirikan sholat.
Tetapi yang sangat perlu diperhatikan adalah mereka yang telah meninggalkan shalat fardhu. Apakah mereka tidak rindu untuk berjumpa dengan Allah?

Dari meninggalkan shalat itulah, ummat menjadi insan-insan yang mudah terjatuh kepada perbuatan keji dan mungkar. Narkoba dan minuman keras yang dulunya hanya diminum oleh orang-orang kafir, sekarang juga telah diminum oleh muslimin dengan penuh kebanggaan.
Pembukaan aurat yang dulunya hanya dilakukan wanita-wanita kafir, kini juga dilakukan oleh muslimah dari yang muda hingga yang tua. Bahkan perzinahan di kalangan remaja pun menjangkiti para remaja muslim.
Jika tahun baru dan valentine day tiba, hampir-hampir di muka bumi ini tidak tersisa lagi dari golongan Muhammad Rasulullah, kecuali sebagian kecil remaja yang meramaikan Masjid-Masjid dengan lafazh ‘Ya Allahu ya Allah’ untuk meredam musibah yang mungkin timbul akibat perbuatan sebagian besar ummat manusia yang terlena dalam kenikmatan duniawi di malam-malam tersebut.

Sebagian ummat Islam telah terjangkit dengan penyakit ‘hubbud dunya’, terlalu mencintai kehidupan duniawi. Mereka begitu bernafsu terhadap kehidupan dunia ini sehingga mereka lupa akan kematian, dan mereka tidak mau mengingat kematian, serta sangat takut terhadap mati.
Mereka takut mati, selain karena amal mereka, juga lebih-lebih dikarenakan mereka tidak mau meninggalkan dunia yang sangat mereka cintai ini. Mereka mencintai dunia ini hingga malas beramal yang mendekatkan diri mereka kepada Allah. Mereka mencintai dunia ini hingga melupakan Allah, tidak merindukan-Nya, tidak pula mengharapkan pertemuan dengan-Nya.
Kasihan, walau mereka sangat mencintai dunia ini, tetapi tetap saja, mereka pasti menemui kematian.

Jika mereka memang rindu untuk berjumpa dengan Allah, tentu mereka beramal shalih dengan penuh keikhlasan dengan mengharapkan keridhoan dari Allah. Tentu mereka berusaha untuk menyenangkan Allah dan melayani-Nya sebagaimana mestinya seorang hamba.
Tetapi kebanyakan kita telah menjadi hamba dari nafsu kita sendiri dan terus melayani nafsu sebagai tuannya. Dan nafsunya begitu cinta terhadap kehidupan duniawi.

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Al-Kahfi: 110)

Inilah potret generasi kita, dimana ummat semakin terjangkit penyakit Al-Wahn, yaitu cinta dunia dan takut mati.
 “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka (QS.Al-Baqarah, 2 : 120).

"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik” (QS.Al-Maidah, 5 :82).

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar”
(Qs.Al-Anfal, 8:73).
  “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. 
Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya (QS.Ali Imran, 3: 118 ).

Harus kita sadari, kenikmatan hidup di dunia hanya bersifat sementara, bagaikan seorang musafir yang berkendara, kemudian singgah untuk berteduh di bawah pohon, kemudian bangkit dan meninggalkannya.

Sebagaimana Rasulullah s.a.w. bersabda

“ Tidaklah keberadaanku di dunia ini bagaikan seorang (musafir) yang berkendara, kemudian singgah untuk berteduh di bawah pohon, kemudian bangkit dan meninggalkannya “

(H.R at-Tirmidzi dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin)

Bagi yang memperoleh hidayah dari Allah SWT, akan menempuh jalan yang diridhai-Nya. Mereka menyadari kenikmatan dunia adalah sasaran untuk mencapai tujuan utama kehidupan, yaitu kehidupan akhirat yang lebih baik dan kekal.

Sebaliknya, bagi yang lalai, kenikmatan dunia menjadi tujuan hidup. Kesenangan tersebut telah memperdayakan mereka. Mereka lalai terhadap kehidupan hakiki yang seharusnya menjadi tujuan utama, yakni kehidupan akhirat. ”Tetapi, kamu memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”(QS Al A’laa [87]: 16-17).


Allah SWT memberikan perbandingan yang jelas antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Kehidupan dunia merupakan sendau gurau dan main-main, sedangkan kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang hakiki. ”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al Ankabut [29]: 64).
Untuk menghadapi kehidupan dunia yang merupakan sendau gurau dan main-main, diperlukan tuntunan agama yang merupakan petunjuk dari-Nya. Tuntunan agama berupa Alquran dan hadis Rasulullah SAW harus dijalankan dengan penuh ketaatan dan kesungguhan.
”Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia.” (QS Al An’aam [6]: 70).

Kehidupan duniawi yang kita lewati hanya sementara saja, bukan kehidupan yang sesungguhnya. Maka, kenikmatan yang kita raih pun hanya sesaat saja, bagaikan fatamorgana yang semakin kita mendekat akan menghilang tanpa bekas.

Kehidupan ukhrawi adalah yang sesungguhnya dan abadi, maka marilah kita mempersiap diri untuk meraihnya. Berbanyaklah amal sebagai modal utamanya. Perkuatkan akidah sebagai fondasi yang kuat yang mengakar ke dalam tanah untuk sebuah bangunan yang bernama agama (Islam).

Belajar ilmu tauhid sebagai bekalnya. Itulah makna mengucap dua kalimah syahadat. Di atas fondasi itu dilapisi fondasi lagi bagi bangunan yang bernama ibadah.

Baru kemudian didirikan tiangnya, yakni shalat lima waktu. setelah adanya tiang, lalu ditempelkan dinding dan atapnya yang bernama puasa. Setelah itu dibuatkan ventilasi udara supaya ruangan menjadi bersih dan sehat, itulah ibarat daripada zakat. Jika masih sanggup dari segi anggaran biaya, maka tempelkanlah lotengnya, yakni haji. Barulah sempurna bangunan yang bernama Islam.

Itulah bekal untuk menuju mahligai bahagia, aman dan sentosa dalam kehidupan yang sesungguhnya, yakni negeri akhirat sebagai negeri abadi.

Sudah tabiat manusia tak pernah puas dengan apa yang saat ini dimilikinya. Selalu saja, ingin memiliki yang lebih dari sekedar yang dimilikinya saat ini. Ya, dunia memang akan terus menggoda siapa saja yang berada di dalamnya. Dunia menawarkan sejuta kenikmatan, yang dapat membuat manusia tergiur akan kelezatannya. Begitulah tipu daya dunia yang fana ini.
Kawan, mesti kita sadari bahwa semua yang ada di dunia ini pastilah akan sirna, termasuk kekayaan, popularitas, juga segala hal lainnya yang ada di dalamnya, cepat atau lambat akan meninggalkan kita. Harta kekayaan, tak mampu menunda azal yang datangnya sudah ditetapkan oleh Tuhan. Popularitas pun tak dapat menjadi juru selamat tatkala malaikat maut datang menjemput. Semua yang kita miliki selama ini, tak akan selamanya dapat kita miliki ataupun kita pertahankan.
Pahamilah bahwa dunia ini tak ubahnya seperti air laut, semakin diminum maka akan semakin bertambah hauslah kita. Semakin kita berhasrat untuk mengejar dunia, maka akan semakin terlena pula kita dibuatnya. Khawatirlah bila sampai kita tenggelam dalam keindahan juga kenikmatan lautan dunia. Karena bilamana diri sudah tenggelam dalam lautan dunia, akan sulit untuk kita kembali ke permukaan. Karena memang dunia diciptakan indah bagi orang-orang yang menganggap dunia ini adalah segalanya.
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. (Al Baqarah :212)
Dunia hanyalah perantara kita menuju hari akhir, hari yang dimana tak akan ada lagi pergantian malam dan siang. Hari dimana seluruh umat manusia mulai dihitung amal kebaikan juga amal keburukannya. Itulah hari akhirat, hari yang tak akan pernah dirasakan oleh siapapun yang masih merasakan hidup di dunia. Oleh karena itu yakinilah, bahwa kelak apa yang kita lakukan selama di dunia ini akan mendapat balasan.
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Al An’am :160)
Siapapun yang selama hidupnya hanya memikirkan dunia, maka kelak akan Allah akan buat dia terletih-letih dalam mengejarnya. Berbeda dengan orang menjadikan akhirat sebagai prioritas utamanya, maka dunia dengan sendirinya akan melayaninya. Bukan berarti kita tidak boleh memiliki banyak harta, akan tetapi kekayaan yang kita miliki justru harus bisa menjadi pemberat amalan baik kita di akhirat nanti. Bukan seperti yang terjadi pada saat ini, ketika banyak orang berlomba-lomba ingin menjadi kaya raya, maka mereka melakukan segala cara, termasuk hal-hal yang diharamkan oleh agama. Termasuk menyekutukan Allah dengan meminta bantuan makhluk-Nya yang lain, yakni dari golongan Jin.
Dunia, adalah tempat bercocok tanam, untuk kemudian kita dapati hasilnya ketika kita meninggalkannya. Di akhirat itulah masa panen kita, disana tak akan ada lagi amal ibadah yang bisa kita kerjakan, karena disanalah negeri akhir yang selamanya akan kita tempati. Janganlah sampai kita diperbudak dunia, hingga kita lupa dengan negeri akhirat yang kelak kita akan tinggal disana untuk selamanya. Ingatlah, bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, dan kita akan dipisahkan olehnya dengan kematian.
Sadarilah, dunia ini semakin dikejar maka akan semakin lelahllah kita dalam mengejarnya. Sementara, bila kita terus-menerus mengejarnya tanpa memeperhatikan urusan akhirat kita, sungguh kita akan termasuk orang-orang yang merugi.
Semoga, kita selalu dikuatkan iman islamnya, agar dalam menjalani kehidupan ini kita tak terjebak oleh bujuk rayu dunia yang sementara.
Wallahu a'lam.




Demo Blog NJW V2 Updated at: 18.46

0 komentar:

Posting Komentar

Bersihkan Hati

Rehab Hati