Tidak ada agama yang namanya wahabi. Yang ada adalah dakwah tauhid yang telah dibawakan oleh Nabi shallallahu’alaihi wasallam dahulu, dan para ulama rabbani, telah ikut andil mendakwakannya. Di antara mereka adalah Syaikh Muhammad bin Abdulwahab rahimahullah.
Syaikh Muhammad
bin Abdul wahab tidak datang membawa agama baru. Ini salah satu karyanya, ada
di hadapan kita (kitab Ushul Tsalastah). Kita baca bersama, kemudian kita
jelaskan setiap pemaparannya. Anda semua menyaksikan, bahwa orang ini tidaklah
menjelaskan suatu masalah melainkan menyebutkan ” dan dalilnya adalah ini
(kemudian beliau menyebukan ayat Al Qur’an atau hadist)”, tanpa berlebih-lebihan
dalam menjelaskan, gaya bahasa yang beliau gunakan mudah.
Siapa yang membaca
karya tulisnya, ia akan tahu bahwa beliau adalah muttabi’ (pengikut tuntunan
Nabi shallallahu’alaihiwasallam) bukan mubtadi’ (orang yang membuat ajaran
baru).Bahkan Syaikh Muhammad bin Abdulwahab rahimahullah tidak pernah ridha,
apabila seruan dakwahnya dijuluki dakwah wahabi. Julukan ini, baru muncul
setelah beliau meninggal dunia.
Yang ada justru
malah sebaliknya, beliau rahimahullah mengatakan, “Saya mengajak manusia kepada
tauhid serta mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan jejak
para salafus shalih.”
Beliau juga
mengatakan kepada para penentang dakwah beliau, “Saya mengikuti imam mazhab
yang empat. Siapa di antara kalian yang bermazhab Maliki, Hanafi, Syafi’i atau
Hambali, maka saya akan mendakwahi mereka melalui perkataan-perkataan imam
mazhab mereka”.
Ini menunjukkan, bahwa apa yang beliau dakwahkan, sama seperti yang didakwahkan
oleh para ahli fikih (imam mazhab yang empat, pent).
Ini sebagai
bantahan terhadap tuduhan dusta kepada beliau, yang sudah tersebar bahwa beliau
melarang segala bentuk taklid dan mencela para Imam mazhab yang empat dan
pengikutnya. Padahal (kenyataannya), beliau berlepas diri dari semua tuduhan
ini.
Namun, demikianlah watak orang-orang yang tidak menyukai tersebarnya kebenaran. Bila mereka tak mampu lagi melawan dengan argumen, mereka menempuh jalan lain, yaitu berdusta, menfitnah dan memutar balikkan fakta.
Semua tuduhan
dusta ini sama sekali tidak membahayakan Syaikh Muhammad bin Abdul wahab
rahimahullah. Bahkan Allah ‘azza wa jalla telah mengangkat namanya, menolong
dakwahnya serta menjadikan apa yang beliau dakwahkan bermanfaat untuk segenap
kaum muslimin.
Saya Pribadi
awalnya pun tidak mengetahui apa itu wahabi, apa sih itu wahabi ada yang bilang
sesat, menentang sunah rasul. Setelah saya banyak belajar tenyata tuduhan itu salah besar. mereka menjalankan sunah dan
dalilnya pun jelas ada. Banyak orang mendapat informasi tanpa mengecek
kebenarannya. Rasulullah pun menyuruh kita jika mendapat berita apapun cek
dahulu kebenarannya. Kebanyakan dari kita hanya mendengar fitnah-fitnah tanpa alasan
dan semuanya ikut-ikutan mencela padahal mereka tidak mengetahui.
Menegakan tauhid
dan menjalankan tuntunan rasulullah dibilang sesat?. diIndonesia
kita mempunyai 4 imam, ( Maliki, Hanafi, Syafi’i atau Hambali) dan bahkan sebagian besar bermadzab imam syafe'i. tapi kebanyakan dari mereka hanya berpatokan adanya ormas ( persis,NU, muhammadyah) bahkan dijadikan perbedaan dan perpecahan umat
islam mereka punya dalil yang sahih, yang salah adalah menjalankan ibadah tidak
ada dalilnya itulah sesat.
Persepsi tentang
agama yang dianut seseorang dipengaruhi oleh ajaran yang diterima dari orang
tua dan orang yang hidup lebih dahulu. Ajaran tersebut menyatu dengan tradisi
yang berkembang di masyarakat. Para guru agama
juga menggunakan sumber informasi yang disusun oleh orang-orang yang pernah
hidup pada zaman dahulu. Tradisi yang ada menjadi terpelihara karena didukung
oleh ajaran para guru agama yang menggunakan informasi dari tulisan para nenek
moyang.
Jadi, ajaran agama
yang berkembang di masyarakat kebanyakan adalah ajaran nenek m
Sebagai contoh
saya pribadi ikut mazhab imam Syafi’ tapi imam syaf’I tidak ada dalil hadist
tentang selamatan 40 harian/ selamatan kematian tapi kenapa malah yang saya
pengikut imam tsbt malah menjalankannya padahal tidak ada dalil tentang
selamatan dan dari 4 imam memang tidak ada dalilnya. Kenapa bisa begitu ya
islam diindonesia kebanyakan islam keturunan orangtuanya islam anaknya ikut
islam mereka tidak mau belajar tuntunan dari rasul dan hanya ikut orang tua
terdahulu padahal al-quran sudah menjelaskan
“ Dan apabila
dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,"
mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami
dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu
apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Al- Baqarah : 170.)
“Apabila dikatakan
kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti
Rasul." Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati
bapak-bapak kami mengerjakannya." Dan apakah mereka itu akan mengikuti
nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa
dan tidak (pula) mendapat petunjuk? ( Al- Ma’idah : 104 ).
Kita hanya
diperintahkan agar mengikuti ajaran Allah yang diturunkan kepada Rasul Allah.
Larangan dan perintah tersebut merupakan petunjuk bagi kita dalam menyikapi
ajaran yang berkembang di masyarakat. Cara menyikapinya adalah dengan melakukan
evaluasi terhadap ajaran nenek moyang untuk mengetahui ajaran nenek moyang yang
sesuai dengan Tuntunan Al-Qur’an dan Hadist.
bahkan
ajaran-ajaran yang tidak ada dalilnya dilakukan seolah-olah itu adalah bagian
dari ibadah. Sebagian orang menganggap selama itu untuk ibadah kepada Allah
tidak mengapa dilakukan, pendapat seperti ini yang keliru, tapi ini bukan kata
saya akan tetapi Rasullulah bersabda : Dari Ummul mukminin, Ummu ‘Abdillah,
‘Aisyah radhiallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang
mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka
dia tertolak”. (Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa
melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”)
[Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718].
[Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718].
0 komentar:
Posting Komentar