Seperti apakah sebenarnya kondisi ruh kita
nanti? Jawabannya adalah Wallahu a’lam. Namun demikian, Allah SWT memberikan
sedikit gambaran dan penjelasan melalui Hadis-hadis Rasulullah SAW. Berkaitan
dengan ruh ini Allah SWT berfirman:
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah wahai Muhammad, “Roh itu
termasuk urusan Tuhanku. Kalian tidak diberikan pengetahuan tentang hal itu
kecuali sedikit.”
Jelas sekali arti ayat ini, bahwa Allah SWT hanya memberitahukan ilmu sedikit saja tentang hal-hal yang berkaitan dengan ruh ini. Nah, informasi yang sedikit inilah sampaikan.
Di antara informasi yang telah sampai kepada
kita dari baginda Rasulullah SAW berkaitan dengan ruh ini, di antaranya adalah:
1. Ruh orang beriman seperti burung
terbang berwarna kehijauan, tinggal di dalam sesuatu yang mirip kubah cahaya
yang terbuat dari bahan seperti emas di bawah ‘Arasyi. Nabi SAW bersabda
tentang para syuhada yang gugur dalam perang Uhud:
“Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buah-buahannya, dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasyi.” (Hadis Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud dan Hakim).
“Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buah-buahannya, dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasyi.” (Hadis Shahih riwayat Ahmad, Abu Daud dan Hakim).
2. Orang yang telah meninggal dunia
mengetahui orang yang menziarahi kuburnya. Nabi SAW bersabda:
“Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).
“Tidak seorang pun melewati kuburan saudaranya yang mukmin yang dia kenal selama hidup di dunia, lalu orang yang lewat itu mengucapkan salam untuknya, kecuali dia mengetahuinya dan menjawab salamnya itu.” (Hadis Shahih riwayat Ibnu Abdul Bar dari Ibnu Abbas di dalam kitab Al-Istidzkar dan At-Tamhid).
3. Orang yang telah meninggal dunia
saling kunjung-mengunjungi antara yang satu dengan yang lainnya. Nabi Saw
bersabda:
“Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah kita akan saling mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang lainnya wahai Rarulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab, “Ruh akan menjadi seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai jika datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya masing-masing.” (HR. Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik).
“Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah kita akan saling mengunjungi jika kita telah mati, dan saling melihat satu dengan yang lainnya wahai Rarulullah SAW? Rasulullah SAW menjawab, “Ruh akan menjadi seperti burung yang terbang, bergelantungan di sebuah pohon, sampai jika datang hari kiamat, setiap roh akan masuk ke dalam jasadnya masing-masing.” (HR. Ahmad dan Thabrani dengan sanad baik).
4. Orang yang telah meninggal dunia
merasa senang kepada orang yang menziarahinya, dan merasa sedih kepada orang
yang tidak menziarahinya. Nabi SAW bersabda:
(“Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya
(“Tidak seorangpun yang mengunjungi kuburan saudaranya dan duduk kepadanya
(untuk mendoakannya) kecuali dia merasa bahagia dan menemaninya
hingga dia berdiri meninggalkan kuburan itu.” (HR. Ibnu Abu Dunya dari Aisyah
dalam kitab Al-Qubûr).
Orang yang telah meninggal dunia mengetahui keadaan dan
perbuatan orang yang masih hidup, bahkan mereka merasakan sedih atas perbuatan
dosa orang yang masih hidup dari kalangan keluarganya dan merasa gembira atas
amal shaleh mereka. Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya perbuatan kalian diperlihatkan kepada karib-kerabat dan keluarga
kalian
yang telah meninggal dunia. Jika perbuatan kalian baik, maka mereka
mendapatkan kabar gembira, namun jika selain daripada itu, maka mereka berkata:
“Ya Allah, janganlah engkau matikan mereka sampai Engkau memberikan hidayah
kepada mereka seperti engkau memberikan hidayah kepada kami.”
(HR. Ahmad dalam
musnadnya).
“Seluruh amal perbuatan dilaporkan kepada Allah SWT pada hari Senin dan Kamis,
dan diperlihatkan kepada para orangtua pada hari Jum’at. Mereka merasa gembira
dengan perbuatan baik orang-orang yang masih hidup, wajah mereka menjadi tambah
bersinar terang.
Maka bertakwalah kalian kepada Allah dan janganlah kalian
menyakiti orang-orang kalian yang telah meninggal dunia.” (HR. Tirmidzi dalam
kitab Nawâdirul Ushûl).
1. Orang-orang beriman hidup di dalam
surga bersama anak-cucu dan keturuanan mereka yang shaleh. Dan orang-orang beriman yang anak-cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan,
kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka. Kami tidak mengurangi dari
pahala amal mereka sedikitpun. Setiap orang terkait denga apa yang telah dia
kerjakan.” (At-Thur: 21)
2. Orang mukmin dapat melihat Allah SWT
bagaikan melihat bulan purnama.
“Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, “Para sahabat
bertanya, “Wahai rasulullah, apakah kita akan dapat melihat tuhan kita pada
hari kiamat? Rasulullah SAW menjawab, “Apakah kalian ada kendala melihat
matahari di sianghari yang tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Rasulullah
kembali berkata, “Apakah kalian ada kendala melihat bulan di malam purnama yang
tidak berawan? Tidak, jawab para sahabat. Raulullah SAW melanjutkan, “Demi zat
yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalian tidak ada kendala melihat tuhan kalian
kecuali seperti kalian melihat matahari atau bulan itu.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Dari penjelasan beberapa dalil yang telah kita sebutkan tadi, ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil, di antaranya adalah pendapat Ibnul Qaim Aj-Jauziyyah yang mengatakan:
Hadis tentang mayit mengetahui dan menjawab salam orang yang menziarahinya tidak berarti bahwa ruh ada di dalam liang kubur di dalam tanah.
“Dari Abu Hurairah Ra. Berkata, “
Dari penjelasan beberapa dalil yang telah kita sebutkan tadi, ada beberapa kesimpulan yang dapat kita ambil, di antaranya adalah pendapat Ibnul Qaim Aj-Jauziyyah yang mengatakan:
Hadis tentang mayit mengetahui dan menjawab salam orang yang menziarahinya tidak berarti bahwa ruh ada di dalam liang kubur di dalam tanah.
Bukan seperti itu, melainkan bahwa ruh punya keterkaitan khusus
dengan jasadnya. Di mana jika ada yang mengucapkan salam untuknya, dia akan
menjawabnya. Ruh berada di suatu alam yang bernama alam Barzakh di suatu tempat
yang bernama Ar-Rafîqul `A’lâ. Alam ini tidak sama dengan dunia kita, bahkan
jauh berbeda. Hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui lika-liku dan
detail-detailnya.
Dari dalil-dalil tadi juga bisa di simpulkan, bahwa tempat para arwah
berbeda-beda dan bertingkat-tingkat derajatnya sesuai amal shaleh mereka.
Demikianlah sedikit ilmu yang didapat semoga bisa
bermanfaat...mari kita tingkatkan amal ibadah kita untuk bekal kita dikemudian
hari.
Wallahualam bishawab.
0 komentar:
Posting Komentar