Sumber : Ust. Perdana Akhmad, S.Psi
( Author Qur'anic Healing Indonesia )
Ada sangat banyak keistimewaan jika kita mengobati seseorang
yang menderita penyakit fisik, psikis baik secara medis maupun karena gangguan
jin dan serangan sihir dengan menggunakan metode ruqyah syar‟iyyah.
3. Melakukan ruqyah syar‟iyyah adalah pembacaan ayat dan doa, ini sebagai ibadah yang besar sekali keutamannya dan tinggi derajatnya disisi Allah Ta‟ala, maka ia lebih cepat terkabulkannya, meskipun tidak harus seketika, sesuai dengan kesiapan yang diterapi dan yang melakukan terapi.
4. Melakukan ruqyah syar‟iyyah adalah bukti pengaduan hamba yang lemah kepada Allah yang maha kuat dan maha perkasa, inilah hakekat pengabdian kita kepada Allah.
5. Melakukan ruqyah syar‟iyyah bagi yang terbebas dari gangguan jin atau sihir, adalah sarana penguat benteng keimanan, ketenangan jiwa, dan sebagai refreshing rohani dengan membaca kalam illahi dan dzikrullah.
6. Melakukan ruqyah syar‟iyyah bermanfaat untuk orang yang sakit medis, tekanan kejiwaan, penyakit mental, pembentengan diri, terapi gangguan jin dan serangan sihir, atau menghancurkan ilmu sihir yang pernah dipelajarinya (tenaga dalam, ilmu hikmah, ilmu ghoib, dan lain sebagainya).
7. Ruqyah syar‟iyyah sangat efektif sebagai sarana da‟wah Islam, untuk memberantas syirik dan perdukunan dimana pun kita berada, karena dua dosa besar itu ada di berbagai belahan dunia.
8. Ruqyah syar‟iyyah adalah bukti kesempurnaan syar‟at Islam dalam memberi solusi terhadap masalah gangguan ghaib atau serangan sihir, sehingga kita tidak butuh „orang pintar‟ yang mengajak kepada kemusyrikan dan memeras harta ummat untuk kemunkaran.
9. Ruqyah syar‟iyyah dengan landasan Al Qur‟an dan As-Sunnah telah mendapat perhatian besar dari para ulama ahli fatwa di Timur Tengah, sehingga secara ilmiah telah banyak ditulis kitab-kitab mengenai ruqyah syar‟iyah.
10. Ruqyah syar‟iyyah adalah terapi yang mudah dan murah dengan hasil yang sangat istimewa, ini sebagai bukti bahwa Islam sebagai agama yang mudah untuk dikaji dan mudah untuk diamalkan.
SYARAT YANG HARUS DIMILIKI SEORANG PERUQYAH
NASIHAT BAGI ORANG YANG MERUQYAH
Ada beberapa orang yang pernah datang langsung ke tempat
ruqyah atau hanya komunikasi via telepon yang bercerita tentang “keganjilan”
dari praktik ruqyah yang pernah mereka jumpai. Ada yang bertanya keheranan, ada yang minta
fatwa tentang legalitas keabsahannya, dan ada juga yang menyatakan
kekecewaannya. Karena ia semula mengira bahwa tempat praktik ruqyah yang akan
didatanginya sesuai syari‟at, tapi nyatanya banyak
keganjilan yang dirasakan saat menjalani terapi.
Ada sebuah fenomena dimana pada era kemajuan teknologi saat
ini para dukun merubah jubah tradisionalnya menjadi jubah modern. Mereka kini
menggunakan istilah-istilah modern dalam prilaku sesatnya. Seperti pada saat
mereka meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa lalu atau masa depan
dengan mengistilahkannya sebagai ilmu clairvoyance.
( Author Qur'anic Healing Indonesia )
KEISTIMEWAAN RUQYAH SYAR’IYYAH
Keistimewaan-keistimewaannya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan ruqyah syar‟iyyah
adalah menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam yang saat ini hampir mati atau
hampir punah dan tidak dikenal.
2. Melakukan ruqyah syar‟iyyah
secara benar dan ikhlash adalah sebagai terapi bagi orang yang terkena gangguan
atau tempatnya, dan sebagai perlindungan terhadap dirinya dari gangguan
syaithan manusia dan jin dengan kalimat-kalimat Allah.
3. Melakukan ruqyah syar‟iyyah adalah pembacaan ayat dan doa, ini sebagai ibadah yang besar sekali keutamannya dan tinggi derajatnya disisi Allah Ta‟ala, maka ia lebih cepat terkabulkannya, meskipun tidak harus seketika, sesuai dengan kesiapan yang diterapi dan yang melakukan terapi.
4. Melakukan ruqyah syar‟iyyah adalah bukti pengaduan hamba yang lemah kepada Allah yang maha kuat dan maha perkasa, inilah hakekat pengabdian kita kepada Allah.
5. Melakukan ruqyah syar‟iyyah bagi yang terbebas dari gangguan jin atau sihir, adalah sarana penguat benteng keimanan, ketenangan jiwa, dan sebagai refreshing rohani dengan membaca kalam illahi dan dzikrullah.
6. Melakukan ruqyah syar‟iyyah bermanfaat untuk orang yang sakit medis, tekanan kejiwaan, penyakit mental, pembentengan diri, terapi gangguan jin dan serangan sihir, atau menghancurkan ilmu sihir yang pernah dipelajarinya (tenaga dalam, ilmu hikmah, ilmu ghoib, dan lain sebagainya).
7. Ruqyah syar‟iyyah sangat efektif sebagai sarana da‟wah Islam, untuk memberantas syirik dan perdukunan dimana pun kita berada, karena dua dosa besar itu ada di berbagai belahan dunia.
8. Ruqyah syar‟iyyah adalah bukti kesempurnaan syar‟at Islam dalam memberi solusi terhadap masalah gangguan ghaib atau serangan sihir, sehingga kita tidak butuh „orang pintar‟ yang mengajak kepada kemusyrikan dan memeras harta ummat untuk kemunkaran.
9. Ruqyah syar‟iyyah dengan landasan Al Qur‟an dan As-Sunnah telah mendapat perhatian besar dari para ulama ahli fatwa di Timur Tengah, sehingga secara ilmiah telah banyak ditulis kitab-kitab mengenai ruqyah syar‟iyah.
10. Ruqyah syar‟iyyah adalah terapi yang mudah dan murah dengan hasil yang sangat istimewa, ini sebagai bukti bahwa Islam sebagai agama yang mudah untuk dikaji dan mudah untuk diamalkan.
SYARAT YANG HARUS DIMILIKI SEORANG PERUQYAH
Syarat prilaku dan sifat yang harus dimiliki seorang mu‟alij yang meruqyah syar‟iyyah adalah :
1. Harus beraqidah lurus seperti salafus shalih, yang
bersih, jernih, benar dan terbebas dari syirik dan bid'ah.
2. Harus mewujudkan tauhid yang murni dalam perkataan dan
perbuatan.
3. Harus yakin bahwa Al-Qur'an dan Sunnah punya pengaruh
besar pada jin dan syathan
4. Harus mengetahui perihal jin dan syaithan,
jerat-jeratnya, kegemarannya melalui hadits Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam.
5. Harus mengetahui pintu-pintu masuk syaithan pada
manusia.
6. Dianjurkan dengan sangat, sudah menikah supaya bisa
menjaga suasana hati.
7. Menjauhi hal-hal yang diharamkan, dosa kecil maupun
dosa-dosa besar, dan sebagainya.
8. Harus mendukung dan melaksanakan berbagai ketaatan
(kepada Allah dan Rasul-Nya).
9. Harus senantiasa dzikrullah, instrospeksi dan bertaubat.
Juga harus menjaga keikhlasan dan sabar.
10. Harus mengetahui wirid-wirid harian yang diajarkan
Rasulullah, seperti dzikir pagi, do'a harian seperti do'a masuk WC dan
keluarnya, do'a keluar rumah, sunnah menjelang tidur dan sebagainya.
11. Harus mengetahui ilmu-ilmu hati supaya tidak mudah
terperdaya lawannya (jin dan syaithan), apa yang melemahkan dan menguatkan,
ilmu tentang maksiyat dan sebagainya dari pemahaman salafus shalih.
NASIHAT BAGI ORANG YANG MERUQYAH
Berikut ini adalah nasihat Syekh Muhammad Ash-Shayim bagi
orang yang mengobati dengan Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam:
“Kepada setiap orang yang mempunyai keahlian pengobatan
dengan Al-Qur‟an, saya menghimbau agar menggunakan kesempatan ini dengan
baik, yaitu menjadikannya sebagai sarana untuk berda‟wah kepada Allah SWT. Karena orang-orang percaya kepada
anda, dan si pasien pasti melaksanakan petunjuk-petunjuk anda. Maka jadilah
anda orang yang menyerukan kebaikan kepadanya.
Allah SWT telah berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (An-Nahl:125)
Pada mulanya jadikanlah diri anda sebagai panutan dalam hal
kekuatan iman, kebersihan diri, kesucian tangan, etika berbicara, sepak terjang
yang baik dan simpati orang-orang yang ada disekitar anda.
Apabila anda telah menyandang sifat-sifat tersebut yang
dilandasi oleh akhlak yang tinggi dan mulia, maka ketauhilah bahwa anda adalah
orang yang didengar perkataannya. Maka perintahkanlah kepada pasien anda dan
keluarganya agar menepati shalat dan anjurkanlah dalam hati mereka kecintaan
kepada rahmat Allah dan takutilah mereka terhadap azab di hari
pembalasan nanti.
Jadilah anda orang yang benar (jujur), agar orang-orang
belajar kejujuran dari anda, dan janganlah sekali-kali anda diajari jin yang
pendusta.
Janganlah anda mencari pasien yang anda obati, dalam arti
kata anda mencari kasus-kasus penderitanya. Tetapi pergilah kepada orang yang
mengundang anda untuk mengobatinya.
Janganlah bersifat takabur terhadap
orang lain, dan janganlah membuat batas atau hijab dengan mereka.
Hai orang yang mempunyai keahlian dalam bidang ini,
sesungguhnya anda seperti orang yang berda‟wah. Untuk itu diwajibkan
berpenampilan baik, menetapi kesucian dan selalu berdzikir seraya memerintahkan
orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Sesungguhnya mu‟jizat-mu‟jizat Al-Qur‟an terus-menerus terbuka hari
demi hari, dan sekarang terbukti berkahnya, ia dapat mengusir jin dan membakar
setan bahkan dapat mengobati semua penyakit medis.
Jangan sekali-kali anda, hai saudaraku, menjadi seorang
gadungan dalam hal ini (merasa sudah meruqyah secara syar‟iyyah padahal ada banyak penyimpangan dalam prosesi
ruqyahnya) maka bukanlah suatu keaiban bila anda belajar dari orang lain, agar
anda tidak menimpakan mudharat terhadap diri sendiri maupun orang lain.
PSIKOTERAPI RUQYAH DALAM TINJAUAN PSIKOLOGI ISLAMI
Menurut Lewis R.Wolberg.Mo (1997) dalam bukunya yang
berjudul The Technique of Psychotheraphy mengatakan bahwa:
“Psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari
kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan
profesional dengan pasien,yang bertujuan: (1) Menghilangkan,mengubah atau
menemukan gejala-gejala yang ada,(2) memperantai (perbaikan) pola tingkah laku
yang rusak,dan (3) meningkatkan
pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif”.
Essensi psikoterapi (termasuk juga konseling) sebagai suatu
bentuk bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang mempunyai
problema psikologis bukanlah monopoli masyarakat Barat (modern) saja. Berbagai
bentuk bantuan tersebut sebenarnya dapat ditemui pada setiap masyarakat dari
berbagai budaya.
Dalam perspektif bahasa kata psikoterapi berasal dari kata “psyche”
dan “theraphy.”Psyche mempunyai beberapa arti, antara lain (dalam
Hamdani,2001):
1. Dalam mitologi Yunani, psyche adalah seorang
gadis cantik yang bersayap seperti sayap kupu-kupu. Jiwa digambarkan berupa
gadis dan kupu-kupu simbol keabadian.
2. Menurut Freud, merupakan pelaksanaan-pelaksanaan
kegiatan psikologis terdiri dari bagian sadar (CONSCIOUS) dan bagian
tidak sadar (UNCONSCIOUS).
3. Dalam bahasa Arab psyche dapat dipadankan dengan “Nafs”
dengan bentuk jamaknya “anfus” atau “nufus”. a memiliki beberapa
arti, diantaranya; jiwa, ruh, darah, jasad, orang, diri dan sendiri.
Adapun kata “therapy” (dalam bahasa Inggris) berarti
makna pengobatan dan penyembuhan, sedangkan dalam bahasa Arab kata therapy
sepadan dengan Syifa‟un yang artinya penyembuh.
Sedangkan Ruqyah adalah berasal dari bahasa Arab yang jika diartikan dalam
bahasa Indonesia adalah jampi atau mantra.
Jadi definisi psikoterapi ruqyah adalah proses pengobatan
dan penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral maupun fisik dengan
melalui bimbingan Al-Qur‟an dan As-Sunnah Nabi shallallahu „alaihi wa sallam.
Dengan kata lain psikoterapi ruqyah berarti suatu terapi penyembuhan dari
penyakit fisik maupun gangguan kejiwaan dengan psikoterapi dan konseling Islami
dan menggunakan bacaan ayat-ayat Al-Qur‟an dan do‟a-do‟a Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam.
Dalam masyarakat Islam, praktek psikoterapi juga telah
diterapkan, bahkan ada yang sudah dilembagakan salah satunya Psikoterapi Ruqyah
yang dilakukan Tim Ruqyah Majalah Ghoib yang sudah membuka cabang pengobatan
Psikoterapi Ruqyah diberbagai daerah di Indonesia termasuk di Yogyakarta.
Fungsi sebagai psikoterapis (dan konselor) banyak diperankan oleh tokoh agama
atau ulama, ustadz, yang sering meruqyah dengan ruqyah syar‟iyyah.
Kita sebagai umat Islam harus mencontoh pribadi Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dalam setiap tindakan dan perbuatan, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam telah mengajarkan pada diri kita cara-cara untuk menghadapi
penyakit fisik, ataupun gangguan kejiwaan yang mengganggu yaitu dengan ruqyah.
Kebolehan menggunakan ruqyah ini sudah ada dasarnya berasal
tuntunan Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam yaitu sunnah qauliyah (sabda
Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam), sunnah fi'liyah (perbuatan
beliau), dan sunnah taqririyah (pengakuan
atau pembenaran beliau terhadap jampi-jampi yang dilakukan orang lain).
Ibnu Qayyim Al jauziah dalam kitab At Tibbun Nabawi menyebutkan,
bahwa pengobatan yang dilakukan Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam terhadap
suatu penyakit ada tiga macam. Yaitu : dengan pengobatan alami, pengobatan
Ilahi (ruqyah) dan dengan gabungan dari keduanya.
Diriwayatkan dari „Utsman ibn Abi al-„Ash ats-Tsaqafi
mengenai terapy ruqyah untuk mengobati penyakit fisik bahwa ia berkata,”Aku
telah datang kepada Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam mengadukan sebuah penyakit yang
hampir saja membinasakanku. Maka beliau shallallahu „alaihi wa sallam berkata
kepadaku, ”letakkanlah tanganmu di atas bagian tubuhmu yang sakit,lalu bacakanlah:
“Dengan nama Allah (7kali) aku
berlindung kepada Allah dan kodrat-Nya dari kejahatan berbagai penyakit, baik penyakit yang sedang menimpaku
maupun yang akan datang.”
„Utsman ibn Abi al-Ash melanjutkan,”Maka aku amalkan
petunjuk Rasulullah tersebut sehingga
Allah SWT menghilangkan penyakit itu dariku.”
RUQYAH SYIRKIYAH
Seiring dengan gencarnya berbagai pihak dalam
mensosialisasikan ruqyah di tengah masyarakat dewasa ini, akhirnya ruqyah
menjadi kalimat yang mulai membumi dan dikenal masyarakat luas.
Saat mendengar
dengung ruqyah, ada beberapa macama reaksi dan ekspresi masyarakat. Ada yang menolak, ada
yang acuh tak acuh, ada yang malu-malu dan ada juga yang antusias dan
meresponnya dengan penuh semangat. Dalam kajian ini kita akan membahas kelompok
yang terakhir ini, yaitu mereka yang merespon dan menyambut gaung ruqyah.
Karena terkadang kita jumpai mereka yang antusiasnya besar, tapi sedikit
referensi dan kurangnya pengetahuan, akhirnya melahirkan pemahaman dan praktik
yang menyimpang.
Diantara opini masyarakat yang harus diluruskan adalah
pemahaman mereka tentang ruqyah. Banyak masyarakat Islam di negeri kita ini
khususnya, ketika mendengar atau mengetahui bahwa ada praktik pengobatan dengan
metode ruqyah, mereka langsung memahami bahwa praktik pengobatan tersebut syar‟i atau Islami. Padahal tidak semua ruqyah itu Islami,
begitu juga tidak semua praktik pengobatan yang Islamiyah. Karena ruqyah
sendiri ada dua macam. Ada
ruqyah syar‟iyyah yaitu ruqyah yang sesuai dengan syari‟at Islam dan ada juga ruqyah syirkiyyah yaitu ruqyah yang
mengandung syirik dan diharamkan oleh Islam.
Karena opini dan pemahaman yang salah, akhirnya banyak
orang Muslimin yang mengaku telah menjadi korban praktik pengobatan yang
berlabel ruqyah. Ada
yang dirugikan secara materi, ada yang dirugikan secara kehormatan, dan ada
juga yang dirugikan dari segi ideology atau akidah. Ibu Min contohnya, ia
mengaku telah habis jutaan rupiah karena diloroti oleh dukun yang berpakaian
seorang habib dan
mengaku sebagai peruqyah.
Padahal sehabis diobati, ia
selalu dibekali jimat untuk dipendam dalam kamar, dan ia telah berbuat syirik
dengan melaksanakan apa yang diperintahkan. Sedangkan Mbak Dina mengaku bahwa
ia pernah diruqyah oleh seseorang, tapi peruqyahnya meraba-raba tubuhnya dari
balik bajunya. Ia merasa risih dan dilecehkan walaupun orang yang mengaku
sebagai peruqyah tersebut memakai sarung tangan tipis yang acap kali dipakai
seorang dokter. Makanya kita harus berhati-hati dan waspada terhadap
praktik-praktik pengobatan yang menggunakan ruqyah sebagai topeng dan merek
dagangnya.
Ibnu Anis (nama samaran) seorang guru yang tinggal di Jakarta , pada suatu siang
datang ke tempat ruqyah untuk berkonsultasi. Karena anaknya yang berusia 2
tahun bertingkah aneh dan sering menangis ketakutan. Tangisan histeris itu
sering dialami anaknya saat menjelang Maghrib tiba. Akhirnya ada temanya yang
menyarankan agar anaknya diterapi ruqyah. Dia mencatat alamat praktik ruqyah
tersebut lalu bergegas mendatanginya. Sesampai di tempat tersebut, ia
dipersilahkan masuk oleh petugas ke ruangan praktik. Sang penerapi ruqyah telah
menunggu di ruangan tersebut.
Ustadz penerapi bertanya kepadanya terlebih
dahulu perihal kondisi dan jenis gangguan yang dialami anaknya. Lalu si ustadz
menghampirinya dan memencet pangkal jari jempolnya seraya menatap mata anaknya.
Sejenak kemudian si ustadz melepaskan tangan anaknya. “Insya Allah anak ibu sudah tidak apa-apa”, ujar si ustadz menyakinkannya. Yang jadi pertanyaannya, “Kenapa ruqyah yang dilakukan di
Majalah ghoib ini bersuara ? Sedangkan praktik ruqyah yang pernah didatanginya
itu ustadznya tidak bersuara
saat melakukan terapi”, begitulah Tanya
Ibu Anis.
Bapak Sani (bukan nama sebenarnya), di suatu sore
menghubungi kami via telepon dari rumahnya di Jawa Tengah. Ia bertanya tentang
praktik pengobatan yang mengatas namakan ruqyah. Tapi pengobatan tersebut
dipadu dengan tenaga dalam dan senam pernapasan hingga terlihat tangannya
bergetar-getar seolah-olah mengeluarkan suatu kekuatan. Dalam melakukan terapi
juga dilengkapi dengan
bacaan do‟a-do‟a, walaupun dia tidak paham benar do‟a apa saja yang dibaca, karena si penerapi tidak
melafazhkan bacaannya dengan jelas, sebagian terdengar lirih dan sebagian
lainnya nyaris tidak terdengar sama sekali. Bahkan Kiai, Habib, Ustadz yang
meruqyah itu dengan enaknya menyentuh secara langsung wanita yang bukan
muhrimnya hingga bersentuhan kulit. “Apakah praktik semacam itu bisa disebut
dengan ruqyah syar‟iyyah atau termasuk ruqyah „gadungan‟ alias menyimpang dari syari‟at ?”
Begitulah pertanyaan yang dilontarkan Bapak Sani.
Mas Andre (nama panggilannya), peserta kajian Islam dengan
tema “Karakter Dukun dan Bahayanya dalam
Syari‟at Islam”, yang diadakan oleh
jama‟ah Masjid di tempat tinggalnya di Bekasi. Mereka mengundang
penceramah dari tim ruqyah. Pertanyaan yang masih mengelayut di benak Andre adalah,
“Apakah
pengobatan yang diawali dengan dzikir berjamaah, atau mengkhatamkan al-Qur‟an bersama-sama, lalu dilanjutkan dengan ritual pemindahan penyakit
pasien ke seekor kambing termasuk bagian
dari pengobatan ruqyah yang dibenarkan syari‟at Islam ? Dan bagaimana hukumnya
seorang muslim yang mencari kesembuhan ke tempat pengobatan seprti itu atau yang sejenisnya ?” Itulah
pertanyaan yang jawabannya membutuhkan dalil yang kuat agar umat tidak
terkelabuhi lagi.
Om Sandi (begitulah teman-teman memanggilnya), ia pernah
bercerita bahwa ia pernah kecewa terhadap praktik ruqyah. Suatu saat
tetangganya kesurupan. Lalu ada temannya yang memberitahukan kepadanya nomor
telepon seorang peruqyah. Tema itu menyakinkanya bahwa praktik ruqyah yang
dilakukan termasuk yang syar‟i. Ketika peruqyah tersebut
ditelepon, ternyata ia bersedia datang ke rumah pasien.
Dan beberapa jam
kemudian ia pun datang bersama istrinya. Memang awal mulanya Om Sandi mendengar
ia membaca ayat-ayat al-Qur‟an. Tapi setelah itu ia
menjadikan istrinya sebagai mediator. Saat istrinya kesurupan, jin yang dalam
tubuh istrinya memberitahukan keberadaan jin yang ada dalam tubuh pasien.
Karena timbul keraguan akhirnya Om Sandi menghentikan proses pengobatan tersebut.
Pertanyaannya adalah, “Apakah praktik
ruqyah semacam itu termasuk yang syar‟iyyah atau
menyimpang ? ” Tanya Om Sandi kebingungan.
Dan masih banyak pertanyaan sejenis dari kaum muslimin yang telah dari kaum
muslimin yang telah sampai ke telinga tim ruqyah kami. Materi pertanyaannya
seputar pengobatan yang mengatas namakan dirinya sebagai pengobatan ruqyah.
Saya (penulis) telah melihat adanya yayasan-yayasan
supranatural, padepokan-padepokan, tarekat-tarekat yang semula menjual
ilmu-ilmu sihir (reiki, bioenergi,tenaga dalam, aji kesaktian, ilmu-ilmu hikmah, ilmu-ilmu
ghoib) juga menjual jimat, susuk, benda-benda keramat (sekarang ada jimat
berbentuk ATM yang fungsi syiriknya diilmiahkan) ikut-ikutan menamakan terapi
syiriknya dengan nama ruqyah juga.
Selain ikut-ikutan tren terapi ruqyah yang
semakin terkenal mereka juga mulai menyamarkan dirinya seolah-olah produk
kesyirikan yang mereka jual disamakan dengan nama ruqyah syar‟iyyah juga, sebab mereka sudah mulai risih dan gerah karena
terapi ruqyah syar‟iyyah dengan tegas dan keras
mengatakan prosesi ilmu-ilmu sihir dan penjualan benda-benda keramat yang
dilakukan mereka adalah suatu bentuk kesesatan dan kesyirikan. Maka sangat
penting bagi masyarakat untuk mengetahui mana sebenarnya ruqyah yang syar‟iyyah dan mana yang sebenarnya ruqyah syirkiyyah.
Ruqyah terus menggelinding ke tengah masyarakat bagaikan
bola salju yang makin lama makin membesar. Ada yang menyambutnya dengan rasa penuh ingin
tahu, lalu mencoba untuk mempelajarinya sedikit demi sedikit. Namun saat mereka
bersemangat untuk belajar dan mengkaji kembali tentang ruqyah dari sumbernya,
masyarakat sekitarnya telah menuntutnya untuk menerapkan apa yang sedang
dipelajarinya.
Sehingga mereka terlalu dini untuk mempraktikkannya, akhirnya
dalam praktik ruqyahnya terkadang ditemukan penyimpangan. Karena kurangnya
pengetahuan atau referensi. Sebetulnya penyimpangan seperti itu bisa diluruskan
dengan mengkaji sumber yang benar.
Dan ada juga yang menyambut ruqyah sebagai pakaian untuk
menutupi dan membungkus praktik klenik dan perdukunan. Ruqyah berfungsi sebagai
bungkus dan kemasan, yang diharapkan bisa memberi rasa aman kepada para
konsumen muslim yang ingin memakai jasa pengobatannya. Padahal substansi dan
isi pengobatannya tetap klenik dan perdukunan. Mereka hanya mengadopsi nama
ruqyah saja. Tentu saja Islam tidak mentolerir cara praktik semacam itu. Karena
itu merupakan perkawinan antara yang hak dan batil. Mereka membaca mantra dan
jampi-jampi yang menyimpang, lalu dipadu dengan ayat dan do‟a yang diyakini sebagai ruqyah. Ruqyah hanya dijadikan
sebagai topeng untuk menutupi kedok perdukunan.
Karena trend yang lagi “In”
sekarang adalah ruqyah, mereka memaksakan diri untuk tampil dengan baju ruqyah.
Sungguh merupakan suatu fenomena yang patut diwaspadai agar umat tidak tertipu
lagi.
Allah SWT berpesan kepada kita,
“Hai orang-orang yang beriman,
masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya (kaffah), dan janganlah kamu
turut langkah-langkah syetan sesungguhnya syetan
itu musuh yang nyata bagimu.” (QS.al-Baqarah
: 208).
Kalau kita menjadikan ruqyah sebagai pilihan hidup dan
sebagai solusi atas permasalahan yang ada, maka kita harus komitmen dan tidak
setengah-setengah. Pihak penerapi memahami hakikat dari ruqyah syar‟iyyah yang benar sebagaimana yang dicontoh Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam.
Sehingga praktik yang dilakukan tidak tercampuri dengan kesyirikan. Dan pihak
yang diterapi juga harus diberi pengetahuan tentang pilihannya pada ruqyah dan
konsekuensinya. Sehingga tidak akan terjadi dualisme dalam hidupnya, ia
menjalani terapi, tapi masih menyimpan jimat-jimat keramat. Ia minta diterapi
oleh peruqyah, tapi masih suka memanfaatkan jasa perdukunan dalam kehidupannya.
Mari kita jauhi ajakan dan tipu daya syetan.
PENGERTIAN RUQYAH SYIRKIYYAH
Ruqyah Syirkiyyah ialah
bacaan mantra-mantra, pengagungan dan penyebutan setan, orang-orang shalih,
penghormatan pada bintang-bintang, malaikat atau pun prilaku-prilaku pada saat
ruqyah yang mengandung dosa syirik, bid‟ah, atau khurafat. Ruqyah
semacam ini dilarang dalam syari‟ah. Sebagaimana Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya
mantra-mantra, jimat, dan guna-guna adalah syirik.” (HR.Abu Dawud dan
Ahmad).
Ibu at-Tiin berkata,”Itulah ruqyah
yang dilarang yang dipergunakan ma‟zim dan lainnya, yaitu orang yang mengakui adanya penundukan
jin untuknya. Selain itu ia juga mampu mendatangkan hal-hal yang syubhat yang
merupakan kombinasi hak dan bathil, kemudian digabungkan dengan dzikir pada
Allah dengan sesuatu yang meragukan (berupa latihan tenaga dalam atau bertapa
diiringi dzikir pada Allah, puasa dan wirid ribuan kali untuk mendapatkan
kemampuan ghoib dan lain sebagainya).”
PENYIMPANGAN DALAM PRAKTEK RUQYAH DEWASA INI
Adapun bentuk-bentuk penyimpangan dalam praktek ruqyah
dewasa ini yang harus kita waspadai agar tidak tertipu dan malah ikut-ikutan
tersesat adalah sebagai berikut:
1. Peruqyah memegang tubuh seorang yang bukan muhrimnya
secara langsung hingga saling bersentuhan kulit tanpa ada perantara sedikitpun
(tanpa memakai media kayu, atau sarung tangan yang tebal pada saat darurat yang
menyebabkan peruqyah terpaksa menyentuh atau tersentuh tubuh pasien yang bukan
muhrimnya secara langsung)
2. Peruqyah hanya melihat mata pasien, tanpa membaca bacaan ruqyah.
3. Peruqyah hanya memijit-mijit badan pasien tanpa
mengucapkan bacaan ruqyah.
4. Peruqyah hanya mencaci jin, dan enggan untuk membaca do‟a- do‟a Isti‟adzah.
5. Peruqyah membaca bacaan ruqyah, tapi dicampur dengan
bacaan yang tidak jelas maknanya.
6. Peruqyah melafazhkan bacaan ruqyah tapi dicampur dengan
mantra syirik.
7. Peruqyah membaca bacaan ruqyah, tapi juga menggunakan
jimat sebagai alat pengobatan.
8. Peruqyah membaca bacaan ruqyah tapi dibolak-balik
kalimatnya atau hanya komat-kamit.
9. Peruqyah membaca bacaan ruqyah tapi juga menggunakan
media lain untuk memindahkan penyakit atau meminta syarat tertentu yang tidak
sesuai syari‟at.
10. Peruqyah membaca bacaan ruqyah, tapi juga melakukan
penerawangan dan menebak-nebak perkara yang sifatnya ghaib atau langsung
memvonis ada atau tidak adanya jin pada pasien.
11. Peruqyah membaca ruqyah tapi mengaku bisa mengobati
pasien dari jarak jauh tanpa harus berhubungan dengan orang yang bersangkutan.
12. Peruqyah membaca bacaan ruqyah tapi mengaku bisa
melihat jin dan menangkapnya.
13. Peruqyah membaca bacaan ruqyah seraya melakukan
jurus-jurus pernapasan tenaga dalam tertentu.
14. Peruqyah membaca bacaan ruqyah tapi menggunakan
mediator orang lain agar kesurupan kemudian melakukan proses pengobatan.
CIRI-CIRI PERDUKUNAN
Perdukunan telah merasuk dalam masyarakat Islam, sehingga
batas antara kebenaran dan kebathilan menjadi samar. Karena banyak ilmu-ilmu
perdukunan (kahanah) dikemas dengan kemasan agamis dan modernis,
sehingga masyarakat Islam banyak yang tertipu oleh para dukun dan paranormal.
Sebagai contoh, banyak pasien yang menyampaikan
keluhan-keluhan mereka pada tim ruqyah, setelah sekian lama menderita sakit
terkena sihir dan telah berobat ke banyak orang, ada yang disebut sebagai orang
pintar, paranormal, orang tua, kyai, ustad, grand master energi, ahli spiritualis.
Baik yang menggunakan cara tradisonal seperti bunga kembang setaman, menyan,
atau pun yang menggunakan sarana modern seperti transfer energi, kartu yang
diisi energi ghoib, bahkan cara-cara yang terkesan agamis seperti membaca lafaz-lafaz
berbahasa arab sesungguhnya bukanlah ikhtiyar yang dianjurkan syari‟at.
Karena Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa mendatangi tukang ramal
atau dukun, kemudian menayakan kepadanya
tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari.”
Padahal sesungguhnya
tetaplah ia masuk dalam hadits Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam sebagai
tukang ramal atau dukun walau ia menggunakan istilah-istilah modern sekali pun.
Dan orang yang percaya apa yang dikatakan dukun “modern”ini (walau ia
mengatakan dari hasil meditasi pembukaan chakra ajna, dari ilmu metafisik dan
cara-cara bid‟ah lainnya) tetaplah ia ingkar terhadap apa yang diturankan
kepada
Rasulullah, sebab Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam bersabda:”Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian membenarkan apa yang dikatakannya, maka sungguh telah
ingkar terhadap apa yang diturunkan kepada
Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam.”.
Dan jika mereka dengan angkuhnya mengatakan kami bisa mengatahi hal-hal yang
ghoib karena dari hasil latihan tenaga dalam atau berlatih ilmu metafisik,
tetaplah mereka tertipu oleh syaithan dan seolah-olah mereka lebih baik dari
Rasulullah. Sebab Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam sendiri tidak tahu hal-hal yang
ghoib melainkan apa yang telah diwahyukan pada Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam.
Allah berfirman tentang hal ini di dalam surat
Al-A‟raf ayat 188:
“Katakanlah:‟Aku tidak berkuasa menarik
kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang
dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui hal-hal yang ghoib, tentulah
aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan,
dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.‟”
Harus kita ketahui bersama bahwa hakikat
keghoiban hanya milik Allah semata dan hanya diberitakan sesuatau yang ghoib
itu kepada Rasul yang diridoi-Nya.
Umat islam jangan tertipu dengan tipu daya mereka sudah ada dukun yang mengaku ustad dengan metode ruqyah gadungan yang meminta bayaran hingga jutaan rupiah akhirnya masuk penjara.
Semoga kita semua mendapat perlindungan dan hidayah dari Allah SWT
Wallahu a'lam.
0 komentar:
Posting Komentar