Ruqyah Syar'iyyah VS Ruqyah Gadungan ( Ruqyah Syirkiyyah )

Posted by

Sumber : Ust. Perdana Akhmad, S.Psi

( Author Qur'anic Healing Indonesia )

KEISTIMEWAAN RUQYAH SYAR’IYYAH

Ada sangat banyak keistimewaan jika kita mengobati seseorang yang menderita penyakit fisik, psikis baik secara medis maupun karena gangguan jin dan serangan sihir dengan menggunakan metode ruqyah syariyyah. 


Keistimewaan-keistimewaannya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan ruqyah syariyyah adalah menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam yang saat ini hampir mati atau hampir punah dan tidak dikenal.

2. Melakukan ruqyah syariyyah secara benar dan ikhlash adalah sebagai terapi bagi orang yang terkena gangguan atau tempatnya, dan sebagai perlindungan terhadap dirinya dari gangguan syaithan manusia dan jin dengan kalimat-kalimat Allah.

3. Melakukan ruqyah syariyyah adalah pembacaan ayat dan doa, ini sebagai ibadah yang besar sekali keutamannya dan tinggi derajatnya disisi Allah Taala, maka ia lebih cepat terkabulkannya, meskipun tidak harus seketika, sesuai dengan kesiapan yang diterapi dan yang melakukan terapi.

4. Melakukan ruqyah syariyyah adalah bukti pengaduan hamba yang lemah kepada Allah yang maha kuat dan maha perkasa, inilah hakekat pengabdian kita kepada Allah.

5. Melakukan ruqyah syariyyah bagi yang terbebas dari gangguan jin atau sihir, adalah sarana penguat benteng keimanan, ketenangan jiwa, dan sebagai refreshing rohani dengan membaca kalam illahi dan dzikrullah.

6. Melakukan ruqyah syariyyah bermanfaat untuk orang yang sakit medis, tekanan kejiwaan, penyakit mental, pembentengan diri, terapi gangguan jin dan serangan sihir, atau menghancurkan ilmu sihir yang pernah dipelajarinya (tenaga dalam, ilmu hikmah, ilmu ghoib, dan lain sebagainya).

7. Ruqyah syariyyah sangat efektif sebagai sarana dawah Islam, untuk memberantas syirik dan perdukunan dimana pun kita berada, karena dua dosa besar itu ada di berbagai belahan dunia.

8. Ruqyah syariyyah adalah bukti kesempurnaan syarat Islam dalam memberi solusi terhadap masalah gangguan ghaib atau serangan sihir, sehingga kita tidak butuh „orang pintar yang mengajak kepada kemusyrikan dan memeras harta ummat untuk kemunkaran.

9. Ruqyah syariyyah dengan landasan Al Quran dan As-Sunnah telah mendapat perhatian besar dari para ulama ahli fatwa di Timur Tengah, sehingga secara ilmiah telah banyak ditulis kitab-kitab mengenai ruqyah syariyah.

10. Ruqyah syariyyah adalah terapi yang mudah dan murah dengan hasil yang sangat istimewa, ini sebagai bukti bahwa Islam sebagai agama yang mudah untuk dikaji dan mudah untuk diamalkan.


SYARAT YANG HARUS DIMILIKI SEORANG PERUQYAH
Syarat prilaku dan sifat yang harus dimiliki seorang mualij yang meruqyah syariyyah adalah :
1. Harus beraqidah lurus seperti salafus shalih, yang bersih, jernih, benar dan terbebas dari syirik dan bid'ah.
2. Harus mewujudkan tauhid yang murni dalam perkataan dan perbuatan.
3. Harus yakin bahwa Al-Qur'an dan Sunnah punya pengaruh besar pada jin dan syathan
4. Harus mengetahui perihal jin dan syaithan, jerat-jeratnya, kegemarannya melalui hadits Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam.
5. Harus mengetahui pintu-pintu masuk syaithan pada manusia.
6. Dianjurkan dengan sangat, sudah menikah supaya bisa menjaga suasana hati.
7. Menjauhi hal-hal yang diharamkan, dosa kecil maupun dosa-dosa besar, dan sebagainya.
8. Harus mendukung dan melaksanakan berbagai ketaatan (kepada Allah dan Rasul-Nya).
9. Harus senantiasa dzikrullah, instrospeksi dan bertaubat. Juga harus menjaga keikhlasan dan sabar.
10. Harus mengetahui wirid-wirid harian yang diajarkan Rasulullah, seperti dzikir pagi, do'a harian seperti do'a masuk WC dan keluarnya, do'a keluar rumah, sunnah menjelang tidur dan sebagainya.
11. Harus mengetahui ilmu-ilmu hati supaya tidak mudah terperdaya lawannya (jin dan syaithan), apa yang melemahkan dan menguatkan, ilmu tentang maksiyat dan sebagainya dari pemahaman salafus shalih.


NASIHAT BAGI ORANG YANG MERUQYAH
Berikut ini adalah nasihat Syekh Muhammad Ash-Shayim bagi orang yang mengobati dengan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam:
“Kepada setiap orang yang mempunyai keahlian pengobatan dengan Al-Quran, saya menghimbau agar menggunakan kesempatan ini dengan baik, yaitu menjadikannya sebagai sarana untuk berdawah kepada Allah SWT. Karena orang-orang percaya kepada anda, dan si pasien pasti melaksanakan petunjuk-petunjuk anda. Maka jadilah anda orang yang menyerukan kebaikan kepadanya. 

Allah SWT telah berfirman:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl:125)

Pada mulanya jadikanlah diri anda sebagai panutan dalam hal kekuatan iman, kebersihan diri, kesucian tangan, etika berbicara, sepak terjang yang baik dan simpati orang-orang yang ada disekitar anda.
Apabila anda telah menyandang sifat-sifat tersebut yang dilandasi oleh akhlak yang tinggi dan mulia, maka ketauhilah bahwa anda adalah orang yang didengar perkataannya. Maka perintahkanlah kepada pasien anda dan keluarganya agar menepati shalat dan anjurkanlah dalam hati mereka kecintaan kepada rahmat Allah dan takutilah mereka terhadap azab di hari pembalasan nanti.

Jadilah anda orang yang benar (jujur), agar orang-orang belajar kejujuran dari anda, dan janganlah sekali-kali anda diajari jin yang pendusta.

Janganlah anda mencari pasien yang anda obati, dalam arti kata anda mencari kasus-kasus penderitanya. Tetapi pergilah kepada orang yang mengundang anda untuk mengobatinya. 

Janganlah bersifat takabur terhadap orang lain, dan janganlah membuat batas atau hijab dengan mereka.
Hai orang yang mempunyai keahlian dalam bidang ini, sesungguhnya anda seperti orang yang berdawah. Untuk itu diwajibkan berpenampilan baik, menetapi kesucian dan selalu berdzikir seraya memerintahkan orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Sesungguhnya mujizat-mujizat Al-Quran terus-menerus terbuka hari demi hari, dan sekarang terbukti berkahnya, ia dapat mengusir jin dan membakar setan bahkan dapat mengobati semua penyakit medis.
Jangan sekali-kali anda, hai saudaraku, menjadi seorang gadungan dalam hal ini (merasa sudah meruqyah secara syariyyah padahal ada banyak penyimpangan dalam prosesi ruqyahnya) maka bukanlah suatu keaiban bila anda belajar dari orang lain, agar anda tidak menimpakan mudharat terhadap diri sendiri maupun orang lain.

PSIKOTERAPI RUQYAH DALAM TINJAUAN PSIKOLOGI ISLAMI
Menurut Lewis R.Wolberg.Mo (1997) dalam bukunya yang berjudul The Technique of Psychotheraphy mengatakan bahwa:

“Psikoterapi adalah perawatan dengan menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien,yang bertujuan: (1) Menghilangkan,mengubah atau menemukan gejala-gejala yang ada,(2) memperantai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak,dan (3) meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif”.

Essensi psikoterapi (termasuk juga konseling) sebagai suatu bentuk bantuan yang diberikan seseorang kepada orang lain yang mempunyai problema psikologis bukanlah monopoli masyarakat Barat (modern) saja. Berbagai bentuk bantuan tersebut sebenarnya dapat ditemui pada setiap masyarakat dari berbagai budaya.

Dalam perspektif bahasa kata psikoterapi berasal dari kata “psyche” dan “theraphy.”Psyche mempunyai beberapa arti, antara lain (dalam Hamdani,2001):

1. Dalam mitologi Yunani, psyche adalah seorang gadis cantik yang bersayap seperti sayap kupu-kupu. Jiwa digambarkan berupa gadis dan kupu-kupu simbol keabadian.
2. Menurut Freud, merupakan pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan psikologis terdiri dari bagian sadar (CONSCIOUS) dan bagian tidak sadar (UNCONSCIOUS).
3. Dalam bahasa Arab psyche dapat dipadankan dengan “Nafs” dengan bentuk jamaknya “anfus” atau “nufus”. a memiliki beberapa arti, diantaranya; jiwa, ruh, darah, jasad, orang, diri dan sendiri.

Adapun kata “therapy” (dalam bahasa Inggris) berarti makna pengobatan dan penyembuhan, sedangkan dalam bahasa Arab kata therapy sepadan dengan Syifaun yang artinya penyembuh. Sedangkan Ruqyah adalah berasal dari bahasa Arab yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia adalah jampi atau mantra.
Jadi definisi psikoterapi ruqyah adalah proses pengobatan dan penyembuhan suatu penyakit, apakah mental, spiritual, moral maupun fisik dengan melalui bimbingan Al-Quran dan As-Sunnah Nabi shallallahu „alaihi wa sallam. Dengan kata lain psikoterapi ruqyah berarti suatu terapi penyembuhan dari penyakit fisik maupun gangguan kejiwaan dengan psikoterapi dan konseling Islami dan menggunakan bacaan ayat-ayat Al-Quran dan doa-doa Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam.

Dalam masyarakat Islam, praktek psikoterapi juga telah diterapkan, bahkan ada yang sudah dilembagakan salah satunya Psikoterapi Ruqyah yang dilakukan Tim Ruqyah Majalah Ghoib yang sudah membuka cabang pengobatan Psikoterapi Ruqyah diberbagai daerah di Indonesia termasuk di Yogyakarta. Fungsi sebagai psikoterapis (dan konselor) banyak diperankan oleh tokoh agama atau ulama, ustadz, yang sering meruqyah dengan ruqyah syariyyah.

Kita sebagai umat Islam harus mencontoh pribadi Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam dalam setiap tindakan dan perbuatan, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam telah mengajarkan pada diri kita cara-cara untuk menghadapi penyakit fisik, ataupun gangguan kejiwaan yang mengganggu yaitu dengan ruqyah.

Kebolehan menggunakan ruqyah ini sudah ada dasarnya berasal tuntunan Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam yaitu sunnah qauliyah (sabda Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam), sunnah fi'liyah (perbuatan beliau), dan sunnah taqririyah (pengakuan atau pembenaran beliau terhadap jampi-jampi yang dilakukan orang lain).

Ibnu Qayyim Al jauziah dalam kitab At Tibbun Nabawi menyebutkan, bahwa pengobatan yang dilakukan Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam terhadap suatu penyakit ada tiga macam. Yaitu : dengan pengobatan alami, pengobatan Ilahi (ruqyah) dan dengan gabungan dari keduanya.

Diriwayatkan dari „Utsman ibn Abi al-„Ash ats-Tsaqafi mengenai terapy ruqyah untuk mengobati penyakit fisik bahwa ia berkata,”Aku telah datang kepada Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mengadukan sebuah penyakit yang hampir saja membinasakanku. Maka beliau shallallahu „alaihi wa sallam berkata kepadaku, ”letakkanlah tanganmu di atas bagian tubuhmu yang sakit,lalu bacakanlah:
“Dengan nama Allah (7kali) aku berlindung kepada Allah dan kodrat-Nya dari kejahatan berbagai penyakit, baik penyakit yang sedang menimpaku maupun yang akan datang.”

„Utsman ibn Abi al-Ash melanjutkan,”Maka aku amalkan petunjuk Rasulullah tersebut sehingga Allah SWT menghilangkan penyakit itu dariku.”


RUQYAH SYIRKIYAH
Seiring dengan gencarnya berbagai pihak dalam mensosialisasikan ruqyah di tengah masyarakat dewasa ini, akhirnya ruqyah menjadi kalimat yang mulai membumi dan dikenal masyarakat luas. 

Saat mendengar dengung ruqyah, ada beberapa macama reaksi dan ekspresi masyarakat. Ada yang menolak, ada yang acuh tak acuh, ada yang malu-malu dan ada juga yang antusias dan meresponnya dengan penuh semangat. Dalam kajian ini kita akan membahas kelompok yang terakhir ini, yaitu mereka yang merespon dan menyambut gaung ruqyah. Karena terkadang kita jumpai mereka yang antusiasnya besar, tapi sedikit referensi dan kurangnya pengetahuan, akhirnya melahirkan pemahaman dan praktik yang menyimpang.

Diantara opini masyarakat yang harus diluruskan adalah pemahaman mereka tentang ruqyah. Banyak masyarakat Islam di negeri kita ini khususnya, ketika mendengar atau mengetahui bahwa ada praktik pengobatan dengan metode ruqyah, mereka langsung memahami bahwa praktik pengobatan tersebut syari atau Islami. Padahal tidak semua ruqyah itu Islami, begitu juga tidak semua praktik pengobatan yang Islamiyah. Karena ruqyah sendiri ada dua macam. Ada ruqyah syariyyah yaitu ruqyah yang sesuai dengan syariat Islam dan ada juga ruqyah syirkiyyah yaitu ruqyah yang mengandung syirik dan diharamkan oleh Islam.

Karena opini dan pemahaman yang salah, akhirnya banyak orang Muslimin yang mengaku telah menjadi korban praktik pengobatan yang berlabel ruqyah. Ada yang dirugikan secara materi, ada yang dirugikan secara kehormatan, dan ada juga yang dirugikan dari segi ideology atau akidah. Ibu Min contohnya, ia mengaku telah habis jutaan rupiah karena diloroti oleh dukun yang berpakaian seorang habib dan
mengaku sebagai peruqyah. 

Padahal sehabis diobati, ia selalu dibekali jimat untuk dipendam dalam kamar, dan ia telah berbuat syirik dengan melaksanakan apa yang diperintahkan. Sedangkan Mbak Dina mengaku bahwa ia pernah diruqyah oleh seseorang, tapi peruqyahnya meraba-raba tubuhnya dari balik bajunya. Ia merasa risih dan dilecehkan walaupun orang yang mengaku sebagai peruqyah tersebut memakai sarung tangan tipis yang acap kali dipakai seorang dokter. Makanya kita harus berhati-hati dan waspada terhadap praktik-praktik pengobatan yang menggunakan ruqyah sebagai topeng dan merek dagangnya.

Ada beberapa orang yang pernah datang langsung ke tempat ruqyah atau hanya komunikasi via telepon yang bercerita tentang “keganjilan” dari praktik ruqyah yang pernah mereka jumpai. Ada yang bertanya keheranan, ada yang minta fatwa tentang legalitas keabsahannya, dan ada juga yang menyatakan kekecewaannya. Karena ia semula mengira bahwa tempat praktik ruqyah yang akan didatanginya sesuai syariat, tapi nyatanya banyak keganjilan yang dirasakan saat menjalani terapi.

Ibnu Anis (nama samaran) seorang guru yang tinggal di Jakarta, pada suatu siang datang ke tempat ruqyah untuk berkonsultasi. Karena anaknya yang berusia 2 tahun bertingkah aneh dan sering menangis ketakutan. Tangisan histeris itu sering dialami anaknya saat menjelang Maghrib tiba. Akhirnya ada temanya yang menyarankan agar anaknya diterapi ruqyah. Dia mencatat alamat praktik ruqyah tersebut lalu bergegas mendatanginya. Sesampai di tempat tersebut, ia dipersilahkan masuk oleh petugas ke ruangan praktik. Sang penerapi ruqyah telah menunggu di ruangan tersebut. 

Ustadz penerapi bertanya kepadanya terlebih dahulu perihal kondisi dan jenis gangguan yang dialami anaknya. Lalu si ustadz menghampirinya dan memencet pangkal jari jempolnya seraya menatap mata anaknya. Sejenak kemudian si ustadz melepaskan tangan anaknya. “Insya Allah anak ibu sudah tidak apa-apa”, ujar si ustadz menyakinkannya. Yang jadi pertanyaannya, “Kenapa ruqyah yang dilakukan di Majalah ghoib ini bersuara ? Sedangkan praktik ruqyah yang pernah didatanginya itu ustadznya tidak bersuara saat melakukan terapi”, begitulah Tanya Ibu Anis.

Bapak Sani (bukan nama sebenarnya), di suatu sore menghubungi kami via telepon dari rumahnya di Jawa Tengah. Ia bertanya tentang praktik pengobatan yang mengatas namakan ruqyah. Tapi pengobatan tersebut dipadu dengan tenaga dalam dan senam pernapasan hingga terlihat tangannya bergetar-getar seolah-olah mengeluarkan suatu kekuatan. Dalam melakukan terapi juga dilengkapi dengan
bacaan doa-doa, walaupun dia tidak paham benar doa apa saja yang dibaca, karena si penerapi tidak melafazhkan bacaannya dengan jelas, sebagian terdengar lirih dan sebagian lainnya nyaris tidak terdengar sama sekali. Bahkan Kiai, Habib, Ustadz yang meruqyah itu dengan enaknya menyentuh secara langsung wanita yang bukan muhrimnya hingga bersentuhan kulit. “Apakah praktik semacam itu bisa disebut dengan ruqyah syariyyah atau termasuk ruqyah „gadungan alias menyimpang dari syariat ?” Begitulah pertanyaan yang dilontarkan Bapak Sani.

Mas Andre (nama panggilannya), peserta kajian Islam dengan tema “Karakter Dukun dan Bahayanya dalam Syariat Islam”, yang diadakan oleh jamaah Masjid di tempat tinggalnya di Bekasi. Mereka mengundang penceramah dari tim ruqyah. Pertanyaan yang masih mengelayut di benak Andre adalah, 

“Apakah pengobatan yang diawali dengan dzikir berjamaah, atau mengkhatamkan al-Quran bersama-sama, lalu dilanjutkan dengan ritual pemindahan penyakit pasien ke seekor kambing termasuk bagian dari pengobatan ruqyah yang dibenarkan syariat Islam ? Dan bagaimana hukumnya seorang muslim yang mencari kesembuhan ke tempat pengobatan seprti itu atau yang sejenisnya ?” Itulah pertanyaan yang jawabannya membutuhkan dalil yang kuat agar umat tidak terkelabuhi lagi.

Om Sandi (begitulah teman-teman memanggilnya), ia pernah bercerita bahwa ia pernah kecewa terhadap praktik ruqyah. Suatu saat tetangganya kesurupan. Lalu ada temannya yang memberitahukan kepadanya nomor telepon seorang peruqyah. Tema itu menyakinkanya bahwa praktik ruqyah yang dilakukan termasuk yang syari. Ketika peruqyah tersebut ditelepon, ternyata ia bersedia datang ke rumah pasien. 

Dan beberapa jam kemudian ia pun datang bersama istrinya. Memang awal mulanya Om Sandi mendengar ia membaca ayat-ayat al-Quran. Tapi setelah itu ia menjadikan istrinya sebagai mediator. Saat istrinya kesurupan, jin yang dalam tubuh istrinya memberitahukan keberadaan jin yang ada dalam tubuh pasien. Karena timbul keraguan akhirnya Om Sandi menghentikan proses pengobatan tersebut. Pertanyaannya adalah, “Apakah praktik ruqyah semacam itu termasuk yang syariyyah atau menyimpang ? ” Tanya Om Sandi kebingungan. 

Dan masih banyak pertanyaan sejenis dari kaum muslimin yang telah dari kaum muslimin yang telah sampai ke telinga tim ruqyah kami. Materi pertanyaannya seputar pengobatan yang mengatas namakan dirinya sebagai pengobatan ruqyah.

Saya (penulis) telah melihat adanya yayasan-yayasan supranatural, padepokan-padepokan, tarekat-tarekat yang semula menjual ilmu-ilmu sihir (reiki, bioenergi,tenaga dalam, aji kesaktian, ilmu-ilmu hikmah, ilmu-ilmu ghoib) juga menjual jimat, susuk, benda-benda keramat (sekarang ada jimat berbentuk ATM yang fungsi syiriknya diilmiahkan) ikut-ikutan menamakan terapi syiriknya dengan nama ruqyah juga. 

Selain ikut-ikutan tren terapi ruqyah yang semakin terkenal mereka juga mulai menyamarkan dirinya seolah-olah produk kesyirikan yang mereka jual disamakan dengan nama ruqyah syariyyah juga, sebab mereka sudah mulai risih dan gerah karena terapi ruqyah syariyyah dengan tegas dan keras mengatakan prosesi ilmu-ilmu sihir dan penjualan benda-benda keramat yang dilakukan mereka adalah suatu bentuk kesesatan dan kesyirikan. Maka sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui mana sebenarnya ruqyah yang syariyyah dan mana yang sebenarnya ruqyah syirkiyyah.

Ruqyah terus menggelinding ke tengah masyarakat bagaikan bola salju yang makin lama makin membesar. Ada yang menyambutnya dengan rasa penuh ingin tahu, lalu mencoba untuk mempelajarinya sedikit demi sedikit. Namun saat mereka bersemangat untuk belajar dan mengkaji kembali tentang ruqyah dari sumbernya, masyarakat sekitarnya telah menuntutnya untuk menerapkan apa yang sedang dipelajarinya. 

Sehingga mereka terlalu dini untuk mempraktikkannya, akhirnya dalam praktik ruqyahnya terkadang ditemukan penyimpangan. Karena kurangnya pengetahuan atau referensi. Sebetulnya penyimpangan seperti itu bisa diluruskan dengan mengkaji sumber yang benar.

Dan ada juga yang menyambut ruqyah sebagai pakaian untuk menutupi dan membungkus praktik klenik dan perdukunan. Ruqyah berfungsi sebagai bungkus dan kemasan, yang diharapkan bisa memberi rasa aman kepada para konsumen muslim yang ingin memakai jasa pengobatannya. Padahal substansi dan isi pengobatannya tetap klenik dan perdukunan. Mereka hanya mengadopsi nama ruqyah saja. Tentu saja Islam tidak mentolerir cara praktik semacam itu. Karena itu merupakan perkawinan antara yang hak dan batil. Mereka membaca mantra dan jampi-jampi yang menyimpang, lalu dipadu dengan ayat dan doa yang diyakini sebagai ruqyah. Ruqyah hanya dijadikan sebagai topeng untuk menutupi kedok perdukunan. 

Karena trend yang lagi “In” sekarang adalah ruqyah, mereka memaksakan diri untuk tampil dengan baju ruqyah. Sungguh merupakan suatu fenomena yang patut diwaspadai agar umat tidak tertipu lagi.

Allah SWT berpesan kepada kita,
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya (kaffah), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS.al-Baqarah : 208).

Kalau kita menjadikan ruqyah sebagai pilihan hidup dan sebagai solusi atas permasalahan yang ada, maka kita harus komitmen dan tidak setengah-setengah. Pihak penerapi memahami hakikat dari ruqyah syariyyah yang benar sebagaimana yang dicontoh Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam. Sehingga praktik yang dilakukan tidak tercampuri dengan kesyirikan. Dan pihak yang diterapi juga harus diberi pengetahuan tentang pilihannya pada ruqyah dan konsekuensinya. Sehingga tidak akan terjadi dualisme dalam hidupnya, ia menjalani terapi, tapi masih menyimpan jimat-jimat keramat. Ia minta diterapi oleh peruqyah, tapi masih suka memanfaatkan jasa perdukunan dalam kehidupannya. Mari kita jauhi ajakan dan tipu daya syetan.

PENGERTIAN RUQYAH SYIRKIYYAH
Ruqyah Syirkiyyah ialah bacaan mantra-mantra, pengagungan dan penyebutan setan, orang-orang shalih, penghormatan pada bintang-bintang, malaikat atau pun prilaku-prilaku pada saat ruqyah yang mengandung dosa syirik, bidah, atau khurafat. Ruqyah semacam ini dilarang dalam syariah. Sebagaimana Nabi shallallahu „alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya mantra-mantra, jimat, dan guna-guna adalah syirik.” (HR.Abu Dawud dan Ahmad).

Ibu at-Tiin berkata,”Itulah ruqyah yang dilarang yang dipergunakan mazim dan lainnya, yaitu orang yang mengakui adanya penundukan jin untuknya. Selain itu ia juga mampu mendatangkan hal-hal yang syubhat yang merupakan kombinasi hak dan bathil, kemudian digabungkan dengan dzikir pada Allah dengan sesuatu yang meragukan (berupa latihan tenaga dalam atau bertapa diiringi dzikir pada Allah, puasa dan wirid ribuan kali untuk mendapatkan kemampuan ghoib dan lain sebagainya).”

PENYIMPANGAN DALAM PRAKTEK RUQYAH DEWASA INI
Adapun bentuk-bentuk penyimpangan dalam praktek ruqyah dewasa ini yang harus kita waspadai agar tidak tertipu dan malah ikut-ikutan tersesat adalah sebagai berikut:
1. Peruqyah memegang tubuh seorang yang bukan muhrimnya secara langsung hingga saling bersentuhan kulit tanpa ada perantara sedikitpun (tanpa memakai media kayu, atau sarung tangan yang tebal pada saat darurat yang menyebabkan peruqyah terpaksa menyentuh atau tersentuh tubuh pasien yang bukan muhrimnya secara langsung)
2. Peruqyah hanya melihat mata pasien, tanpa membaca bacaan ruqyah.
3. Peruqyah hanya memijit-mijit badan pasien tanpa mengucapkan bacaan ruqyah.
4. Peruqyah hanya mencaci jin, dan enggan untuk membaca doa- doa Istiadzah.
5. Peruqyah membaca bacaan ruqyah, tapi dicampur dengan bacaan yang tidak jelas maknanya.
6. Peruqyah melafazhkan bacaan ruqyah tapi dicampur dengan mantra syirik.
7. Peruqyah membaca bacaan ruqyah, tapi juga menggunakan jimat sebagai alat pengobatan.
8. Peruqyah membaca bacaan ruqyah tapi dibolak-balik kalimatnya atau hanya komat-kamit.
9. Peruqyah membaca bacaan ruqyah tapi juga menggunakan media lain untuk memindahkan penyakit atau meminta syarat tertentu yang tidak sesuai syariat.
10. Peruqyah membaca bacaan ruqyah, tapi juga melakukan penerawangan dan menebak-nebak perkara yang sifatnya ghaib atau langsung memvonis ada atau tidak adanya jin pada pasien.
11. Peruqyah membaca ruqyah tapi mengaku bisa mengobati pasien dari jarak jauh tanpa harus berhubungan dengan orang yang bersangkutan.
12. Peruqyah membaca bacaan ruqyah tapi mengaku bisa melihat jin dan menangkapnya.
13. Peruqyah membaca bacaan ruqyah seraya melakukan jurus-jurus pernapasan tenaga dalam tertentu.
14. Peruqyah membaca bacaan ruqyah tapi menggunakan mediator orang lain agar kesurupan kemudian melakukan proses pengobatan.


CIRI-CIRI PERDUKUNAN
Perdukunan telah merasuk dalam masyarakat Islam, sehingga batas antara kebenaran dan kebathilan menjadi samar. Karena banyak ilmu-ilmu perdukunan (kahanah) dikemas dengan kemasan agamis dan modernis, sehingga masyarakat Islam banyak yang tertipu oleh para dukun dan paranormal.

Sebagai contoh, banyak pasien yang menyampaikan keluhan-keluhan mereka pada tim ruqyah, setelah sekian lama menderita sakit terkena sihir dan telah berobat ke banyak orang, ada yang disebut sebagai orang pintar, paranormal, orang tua, kyai, ustad, grand master energi, ahli spiritualis. Baik yang menggunakan cara tradisonal seperti bunga kembang setaman, menyan, atau pun yang menggunakan sarana modern seperti transfer energi, kartu yang diisi energi ghoib, bahkan cara-cara yang terkesan agamis seperti membaca lafaz-lafaz berbahasa arab sesungguhnya bukanlah ikhtiyar yang dianjurkan syariat.

 Karena Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian menayakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 hari.”

Ada sebuah fenomena dimana pada era kemajuan teknologi saat ini para dukun merubah jubah tradisionalnya menjadi jubah modern. Mereka kini menggunakan istilah-istilah modern dalam prilaku sesatnya. Seperti pada saat mereka meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa lalu atau masa depan dengan mengistilahkannya sebagai ilmu clairvoyance. 

Padahal sesungguhnya tetaplah ia masuk dalam hadits Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam sebagai tukang ramal atau dukun walau ia menggunakan istilah-istilah modern sekali pun. Dan orang yang percaya apa yang dikatakan dukun “modern”ini (walau ia mengatakan dari hasil meditasi pembukaan chakra ajna, dari ilmu metafisik dan cara-cara bidah lainnya) tetaplah ia ingkar terhadap apa yang diturankan kepada 

Rasulullah, sebab Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:”Barangsiapa mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian membenarkan apa yang dikatakannya, maka sungguh telah ingkar terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam.”

Dan jika mereka dengan angkuhnya mengatakan kami bisa mengatahi hal-hal yang ghoib karena dari hasil latihan tenaga dalam atau berlatih ilmu metafisik, tetaplah mereka tertipu oleh syaithan dan seolah-olah mereka lebih baik dari Rasulullah. Sebab Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam sendiri tidak tahu hal-hal yang ghoib melainkan apa yang telah diwahyukan pada Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam

Allah berfirman tentang hal ini di dalam surat Al-Araf ayat 188:
Katakanlah:Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui hal-hal yang ghoib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.

Harus kita ketahui bersama bahwa hakikat keghoiban hanya milik Allah semata dan hanya diberitakan sesuatau yang ghoib itu kepada Rasul yang diridoi-Nya.

Umat islam jangan tertipu dengan tipu daya mereka sudah ada dukun yang mengaku ustad dengan metode ruqyah gadungan yang meminta bayaran hingga jutaan rupiah akhirnya masuk penjara.

Semoga kita semua mendapat perlindungan dan hidayah dari Allah SWT

Wallahu a'lam.





Demo Blog NJW V2 Updated at: 21.44

0 komentar:

Posting Komentar

Bersihkan Hati

Rehab Hati